"CLASSIC TO JAZZ"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, August 2015
Terlebih dahulu, layak
dipertanyakan:
Dapatkah judul tersebut diubah menjadi JAZZ TO CLASSIC?
MENGAPA TIDAK JAZZ TO CLASSIC?
Begini duduk persoalannya. Di Indonesia, jika misalnya ada orang ingin belajar Jazz, katakanlah piano Jazz, maka yang akan diterimanya adalah segala hal menyangkut DASAR BERMAIN PIANO. Dia harus mengenal posisi bermain yang baik dan benar tanpa dapat menimbulkan cidera dan siksaan fisik lainnya (Silahkan membaca Artikel Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu “Bermain Piano Tanpa Rasa Nyeri” pada Staccato edisi Juli 2015).
Jari-jemari dan tangannya harus
disiapkan untuk dapat layak tanggap terhadap geografi alat musik piano. Dia
juga harus sedapat mungkin tidak buta huruf alias bisa membaca notasi balok. Lalu
dia juga mendapat keterangan tentang unsur-unsur dasar musik. Kemudian dia juga
diberikan porsi menu latihan harian agar keterampilan jemari tangan sesuai
dengan perkembangan musikalitasnya. Hal – hal seperti itu MUTLAK ADALAH RANAH MUSIK
KLASIK. Karena secara adi kodratinya, Musik Klasik lahir dan berkembang
jauh sebelum Musik Jazz.
Lalu kemudian, jika seseorang
ingin mempelajari Musik Jazz, setelah menerima bahan asupan dasar dari Musik Klasik,
apa yang harus dia perhatikan? Bahwa Musik Jazz sama sekali BUKAN musik hiburan
industri. Seseorang yang ingin mempelajari Jazz, terutama dalam situasi pendidikan
musik seperti di Indonesia, harus sadar bahwa Jazz bukanlah musik dengan 3 akor
yang disajikan dengan buka baju, lantas dapat uang.
Jazz sama kompleksnya dengan
Musik Klasik. Jazz membutuhkan latihan intens dan malahan sangat membutuhkan
komunikasi musikal secara komunal, seperti misalnya dalam format combo. Sangat
perlu juga ditanamkan secara mendalam, janganlah kita menganggap bahwa Jazz
adalah musik MANA SUKA ATAU SUKA-SUKA. Mempelajari Jazz malahan adakalanya
lebih rumit dibanding olah rasa dalam detail dan presisi Musik Klasik. Jangan
pernah lupa, BAHWA SEBAGIAN TERBESAR ORANG TIDAK DAPAT BELAJAR SECARA
INSTINGTIF DAN INTUITIF SEPERTI HALNYA pianis Art Tatum dan gitaris Wes
Montgomerry.
KONSEP DASAR DALAM CLASSIC TO JAZZ
Pelajaran Jazz yang beredar
sekarang termasuk di Indonesia adalah Jazz yang sudah masuk dalam ranah
akademik pendidikan musik. Yang sudah disusun sesuai metode dan silabusnya. Hal
ini seringkali harus diakui bukan hal yang segampang menggoreng telur.
Berikut saya paparkan beberapa
unsur sekaligus konsep dasar, yang selalu menyertai dan layak dipahami dalam
rangka TOUR FROM CLASSIC TO JAZZ.
Melodi adalah elemen musik yang
relatif bisa “dinyanyikan” oleh orang normal. Melodi alurnya terdiri dari laras
(pitch) dan otak kita mengingatnya
berdasarkan kontur (contour) dan pola
pengulangannya. Melodi itu sendiri bersifat linear.
Twinkle-Twinkle Little Star
2. HARMONI
Bila dua laras atau lebih
dibunyikan bersamaan, hasilnya adalah HARMONI. Jika melodi bersifat linear
(garis lurus), maka harmoni bersifat vertikal. Tidak dibaca sebagai alur garis
lurus melainkan harus dibaca juga arah vertikal nya.
F. Chopin Prelude in A Major
3. RITMIK
Merujuk pada penempatan not
terhadap waktu (time) and pulsa
ketukan (beat). Ritmik dapatlah dikatakan
sebagai “mesin pembangkit” bagi melodi dan harmoni.
4. TEKSTUR DAN FORM
Saat melodi, harmoni, dan
ritmik digabungkan, tentu penggabungannya akan bersifat linear sekaligus vertikal.
Dan itulah musik yang kerapkali tersaji di hadapan kita. Saat penggabungan
terjadi, maka telinga dan otak sebetulnya akan memisahkan musik menjadi dua
bagian: melody and accompaniment. Dan inilah yang dinamakan TEXTURE. Dengan teksturnya, musik akan
mengalir dan berjalan. Perjalanan alur musik sebetulnya membentuk sebuah
“Peta”. Peta inilah yang jika diorganisasi dengan baik akan dapat ditangkap
otak sehingga otak mampu mengenali berbagai gaya musik. Pengorganisasian peta
alur musik dikenal sebagai FORM atau
bentuk musik.
5. STYLE
Istilah sekaligus konsep ini
telah digunakan selama ratusan tahun dengan cara yang sama. Itulah yang juga
merupakan konsep dasar Musik Klasik dan konsep nya sendiri pun tentu sudah
menjadi “Klasik”. Yang menjadikan musik itu unik, sebetulnya BUKANLAH KONSEPNYA,
MELAINKAN STYLE ATAU GAYA NYA. Style memberikan sentuhan unik pada bangunan
melodi, harmoni, dan ritmik. Jadi WA. Mozart
dan Duke Ellington membuat musik
dari konsep yang sama. Namun style nya berbeda. Itulah yang menjadikan orang
mengenal Musik Klasik dan Musik Jazz. Mengapa? Karena Jazz selalu DIKOMPOSISI, NAMUN JUGA DIIMPROVISASI. Pemusik
Jazz sejati, senantiasa membuat komposisi musik namun saat memainkannya ia juga
sekaligus melakukan improvisasi.
SWING FEEL, THE HEART OF JAZZ
Bagaimana cara membuat elemen-elemen
Musik Klasik yang sudah melegenda menjadi Jazz? Salah satunya adalah dengan SWING FEEL. Swing Feel adalah tafsiran
dari not perdelapanan yang diejawantahkan dalam triplet.
Gambar menunjukkan apa yang
tertulis kemudian cara permainan sesuai tafsir dalam Musik Jazz. Swing feel ini
sangat penting sebagai dasar membuat warna dan sentuhan serta napas Jazz dalam
musik. Banyak pemusik dengan dasar Musik Klasik yang kuat sekalipun sangat
sulit beradaptasi dengan Swing Feel ini.
THE JOURNEY FROM CLASSIC TO JAZZ
Perjalanan From Classic To
Jazz tentu adalah perjalanan sangat panjang. Dan yang penting, hasil akhir
tujuannya jangan sampai malahan mengkotak-kotakkan musik. Musik apapun, sejauh
bebas dari cengkeraman ketamakan industri, tetap merupakan musik yang baik. So, beat the heart of Jazz!
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.