Seorang Slamet Abdul Sjukur, Almarhum, memiliki kesenangan untuk menganalisa, menelisik, menguak,dan menyeruak naskah musik. Banyak bahkan teramat banyak score musik yang sudah beliau telaah. Penelaahannya sangat detil seperti seorang Detektif ahli forensik. Yang menjadi pertanyaan adalah, untuk apa Mas Slamet melakukan itu semua? Pada saat beliau diminta untuk membuat tulisan essay panjang pada Hari Ulang Tahun Chopin ke-200 oleh Dewan Kesenian Jakarta, Mas Slamet pun mempertanyakan upayanya.
Apa untungnya memahami musik Chopin? Apakah menghasilkan uang? Sama sekali tidak. Apakah menghasilkan ketenaran? Sama sekali juga tidak. Mengingat pada waktu itu Koran, Tabloid, majalah lebih suka memuat berita olah raga dan selebriti. Dengan demikian, sebetulnya untuk apa Mas Slamet melakukan itu semua.
Seorang Dokter spesialis penyakit dalam. Perempuan. Secara finansial sangat berkecukupan. Karirnya gilang gemilang. Anak-anaknya sudah purna belajar dan menjadi Dokter juga. Pasiennya sangat banyak. Beliau tenar sebagai Dokter bertangan dingin. Di sela sela kesibukan dunia medisnya, beliau masih menyempatkan diri untuk membeli buku-buku tentang musik. Menyempatkan diri membaca buku-buku musik. Dan, masih menyempatkan diri meski hanya sebentar untuk bermain piano. Main pianonya sama sekali tidak bagus. Lagu-lagunya hanya Light Classic, yaaaaaaa sebangsa Toselli, Maiden’s Prayer, dan itupun dimainkannya dengan salah-salah.
Menjadi menarik mencermati kesenangannya. Seorang Dokter top sekaliber dia, untuk apa main musik dan baca musik. Untuk apa dan apa untungnya bagi beliau. Jelas tidak akan dapat uang, Kan mainnya buruk kok. Jelas tidak akan tenar karena beliau gak punya IG ,FB maupun YouTube. Untuk apa coba.