“NAPAK TILAS STREET MUSIC”
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, February 2017
MUSIK DARI JALANAN
Membaca judul
tersebut, saya yakin ada beberapa pembaca yang terbelalak dan terkejut
bercampur kaget. Dalam benak pikirannya, pastilah terlintas bahwa tulisan ini
akan bicara mengenai musik jalanan. Musik jalanan yang identik dengan pengamen.
Pengamen yang identik dengan kaum marjinal sub-urban yang tentu saja telah
banyak mendapat cibiran. Memang benar artikel ini akan mengupas musik jalanan,
namun bukan sebagai sebuah realita sosial. Dan amit-amit bikin dinamit, sama sekali bukan mendorong atau
menginspirasi Anda atau anak Anda agar jadi pengamen.
Musik jalanan
atau Street Music, mau tidak mau, suka
tidak suka, muntah tidak muntah, sudah menorehkan tintanya dalam sejarah
perjalanan musik semesta. Kehadirannya sudah banyak turut menentukan arah dan
alur perkembangan musik sampai hari ini. Kita tidak perlu tabu untuk
menengoknya, tanpa perlu sinis untuk menatapnya. Dan tidak perlu juga berbibir
monyong karena mencibir. Kita serap yang dirasa masuk akal dan buang jauh-jauh
hal yang bagi anda menjijikkan. Tentu dengan catatan, bahwa Anda sendiri
bukanlah sosok yang menjijikkan dan menyebalkan bagi orang lain.
ASAL MULA STREET
MUSIC
Sebetulnya, istilah
STREET MUSIC malahan kurang dikenal
dalam ranah telaah musik. Para musikolog lebih suka memakai istilah STREET PERFORMANCE dibanding istilah street music. Kehadiran musik jalanan
sebetulnya sudah berusia sangat tua, namun baru pada tahun 1860 kehadiran musik
jalanan benar-benar mendapat perhatian. Tepatnya adalah di London, Inggris.
Saat itu, orang
Inggris mulai menjuluki para pemusik jalanan. Julukannya adalah BUSKER.
Sehingga memainkan musik di jalanan ijuluki sebagai kegiatan BUSKING.
Nantinya istilah Busker ini teradaptasi dalam bahasa Spanyol menjadi BUSCAR.
Namun maknanya sudah sangat berbeda, meski kedua istilah tersebut sama-sama
merujuk pada jalanan. Busker adalah
para pemusik jalanan, sedangkan Buscar
adalah Pelacur yang menjajakan cinta dan sex di jalanan.
STREET MUSIC DI BERBAGAI KULTUR
Bicara
tentang street music, kita perlu
menarik benang merah dan garis demarkasi yang sangat tegas dan terang serta
jelas. Bahwa keadaan kultural Eropa, Amerika, dan Australia amat sangat jauh
berbeda dengan Indonesia.
Di Indonesia
Musik Jalanan dilakukan oleh para kaum sub-urban yang marjinal atau
termarjinalkan. Dengan tanpa skill
bermusik hanya bermodal nekad dan muka tebal serta kebutuhan mendesak untuk
bertahan hidup. Mereka hanya berbekal tamborin atau gitar yang tidak karuan
larasnya, dan dimainkan secara tidak karuan dengan vokal yang juga tak karuan. Fenomena
ini lazim disebut sebagai pengamen jalanan.
Ada pula yang
sudah lumayan memiliki ketrampilan bermusik. Pakai gitar dengan laras beres.
Vocal bisa didengarkan, tampang juga agak bersih. Mereka ini sebetulnya bukan
para pengamen, melainkan para pemusik jalanan. Mererka main berloncatan dalam
bus, dan di pinggir jalan yang relatif ramai.
Kultur di Indonesia
tetaplah memandang mereka ini BUKAN SEBAGAI PELAKU SENI, melainkan
sebagai hama yang harus diusir bahkan jika perlu dibinasakan. Almarhum pemusik HARRY ROESLI melalui Depot Kreasi Seni
Bandung, pernah mengadakan proyek bagi para pemusik jalanan ini. Mereka diberi
kursus gratis tentang dasar-dasar bermusik yang baik dan benar. Sebagian dari
para pemusik jalanan di Bandung itu, memang berhasil meningkatkan harkat dan
martabatnya. Namun secara keseluruhan, para pemusik jalanan tetap saja dianggap
hama yang perlu sesegera mungkin diusir.
Di Eropa
keadaannya sangat berbeda. Bukan berarti Eropa lebih baik ya. Begitupun dengan
di Amerika dan Australia. Para pemusik jalanan di Eropa sudah seperti sebuah
realita takdir dalam napak tilas budaya semesta yang panjang. Jangan pernah
dilupakan. Kaum GYPSI Spanyol adalah
pemusik jalanan. Namun dari mereka inilah dunia mengenal cara bermain gitar ala
gypsi. Akor dan tangganada Gypsi yang lazim dimainkan sampai hari ini. Dikenal
pula seni menari alla Gypsi. Begitu besar sumbangsih kaum Gypsi pada budaya
dunia. Meski mereka sebetulnya tak lebih dari pemusik jalanan seperti di daerah
Cakung Cilincing dan Ancol.
Di dataran
Perancis orang mengenal kehadiran KAUM TROUBADOR. Mereka juga
sebetulnya pemusik jalanan, namun jangan pernah memangdang rendah mereka. Anda
perlu tahu, latihan vokal yang kita anut sampai sekarang termasuk solfeggio
solmisasi BERASAL DARI KAUM TROUBADOR.
MENGAPA MUNCUL STREET
MUSIC?
Mungkin sampai
dengan bagian ini, banyak pembaca yang bertanya-tanya: “Lho? Kalau memang Gypsi hebat, Troubador canggih, ngapain sih mereka
berkelana di jalanan? Kok nggak seperti Bach yang main di Kapel dan Kastil yang
terhormat?”
Untuk
menjawabnya, kita perlu menoleh ke belakang sejenak. Saat Tiongkok masih
berbentuk kerajaan dan dikuasai Dinasti Kekaisaran, SENI ADALAH SEBUAH HAL YANG
ADI DAN LUHUNG. Para pemusik hidup terjamin. Mereka sepenuhnya dinafkahi
layaknya seorang pegawai negeri. Sebetulnya keadaan seperti ini bukan hanya
terjadi di Tiongkok.
Eropa juga
mengalami masa kejayaan seni semacam ini. Bach
misalnya. Digaji layaknya pegawai negeri. Ditempatkan dan berkantor sebagai Kapelmeister yang kerjaannya fokus dan
suntuk pada membuat musik dan memainkan musik serta melatih musik termasuk
paduan suara. Selain Kerajaan, para pengusaha kaya raya juga menaruh perhatian
besar kepada para pemusik. Salah satu contoh yang terkenal adalah NYONYA NADEJDA VON MECK. Beliau adalah
seorang pengusaha perempuan keturunan Rusia yang tajir melintir.
Tchaikovsky adalah salah
satu pemusik yang selama tiga belas tahun hidupnya ditopang penuh oleh nyonya
Von Meck. Padahal, Tchaikovsky belum pernah bertemu Von Meck dan perkenalan
keduanya hanyalah dari surat menyurat dan karya musik saja. Selain Tchaikovsky,
Debussy juga dalah sosok pribadi
yang disantuni oleh nyonya Von Meck.
TUNTUTAN SITUASI EKONOMI
Zaman
berganti. Kerajaan runtuh oleh demokrasi. Ekonomi tidak lagi bersifat monopolistik,
melainkan berubah menjadi persaingan. Hidup para pemusik tidak lagi diayomi
santunan. Para Pemusik harus berjuang keras untuk bisa hidup. Saat itulah SENI
MUSIK MULAI DIJUAL bak barang dagangan. Bahkan seorang Beethoven pernah menawarkan karyanya dengan lebih hina dibanding
pelacur jalanan kelas kampung. Mereka yang beruntung bisa tetap main dalam
gedung pertunjukan yang layak. Yang kurang beruntung, menggelandang, dan
menjual karyanya di jalanan. Hal tersebut berlangsung hingga saat ini.
ALASAN MENGAPA MENJADI MUSISI JALANAN
Sekarang mari
kita lihat sejenak gambar berikut ini! Gambar adalah pemusik jalanan di alur
kota besar di Eropa. Jika kita perhatikan, instrumen musiknya tidak murah dan
nampak mereka sangat siap. Pertanyaannya, mengapa orang-orang ini tidak main di
gedung konser?
Ada beberapa
alasan substansial mengapa di Eropa, Amerika, dan Australia orang menjadi
pemusik jalanan. Susah dan mahalnya gedung konser? Di Australia, untuk dapat
pentas di sebuah gedung pertunjukan, orang tidak cukup hanya dengan mampu
bayar. Harus ada rekomendasi dari orang yang punya lisensi. Di Amerika memang
bisa main di gedung konser jika anda punya uang. Namun persaingan disana sangat
ketat, sehingga ongkos sewa gedung konser sangatlah mahal.
Orang yang
bermain sebagai pemusik jalanan di Eropa, Amerika, dan Australia umumnya
memiliki skill bermusik yang mumpuni.
Banyak dari mereka malahan lulusan sekolah tinggi musik yang terkenal. Kenapa
mereka tidak bergabung dalam orkestra misalnya? Karena mereka lebih senang
TIDAK TERIKAT. Bangun tidur seenaknya dan jam kerja seenaknya. Hal yang tidak
mungkin didapat jika bergabung dalam orkestra professional.
JOSHUA BELL IN SUBWAY
Bermusik di
jalanan adalah bagian dari sebuah kiat. Hal ini pernah dilakukan oleh seorang
pemain biola hebat yang luar biasa. Namanya JOSHUA BELL. Dia main di jalanan dan kemudian masuk dalam stasiun
kereta dengan biola seharga milyaran. Hanya untuk mengecek, apakah orang bisa
tertarik dengan teknik permainan yang yang luar biasa dan alat yang mahal.
JOSHUA BELL (violinist)
Terlepas dari
dampak sosialnya, pemusik jalanan bukanlah sebuah kegiatan yang seperti hama
dan harus diusir. Seni pertunjukan jalanan adalah sebuah kontemplasi seni
dengan berbagai unsur. Sebab untuk mendapat perhatian dari orang yang berlalu
lalang di jalanan, tidak cukup hanya bermodal teknik dan alat semata. Dan
itulah mengapa para musikolog lebih suka menyebut STREET PERFORMANCE
DIBANDING STREET MUSICIAN.
Komposer Jazz
RUSSO dan pemain harmonika Corky Siegel dengan iringan San
Fransisco Symphony orchestra, dengan dirigen genius SEIJI OZAWA pernah mementaskan karya khusus tentang musik jalanan. Pertunjukannya
sangat heboh. Saat itu saya masih duduk di bangku SMP dan berkesempatan melihat
langsung. Panggung diubah menjadi hiruk pikuk jalanan dengan sebuah band Blues yang main bersama orkes simfoni
besar.
Hal terakhir
yang mestinya kita renungkan dan permenungkan adalah: Apa hikmah yang bisa kita
ambil dari menelisik musik jalanan? Jawabannya ada pada gambar ini BENJAMIN FRANKLIN. Penemu listrik, pendiri
negara Amerika Serikat, adalah SEORANG PEMUSIK JALANAN. Silahkan Anda renungkan
dan permenungkan sendiri, sembari terus mengasah passion Anda pada musik. Yang
meskipun saat ini lemah lunglai dihantam badai ekonomi, musik tetaplah salah
satu hakikat jati diri peradaban manusia.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.