Monday 10 June 2013

"Synthesizer AnalogArtikel Audio Pro, Mei 2013

"SYNTHESIZER ANALOG, 
DIGITAL, dan HYBRID"
Oleh: Michael Gunadi Widjaja
Artikel Audio Pro, Mei 2013


Tulisan ini akan memaparkan perbedaan dasar antara synthesizer analog, digital, dan hybrid. Paparan tentang perbedaan masing-masing sistem sama sekali tidak mengacu pada keunggulan masing-masing. Synthesizer generasi pertama rancangan DR. Robert Moog menggunakan sistem analog. Saat digitalisasi mulai merambah kehidupan manusia modern. Sistem kerja synthesizer pun beralih pada sistem digital. Belakangan sistem digital dirasa tak mampu lagi menghasilkan bangunan bunyi yang thick, warm, and vintage tebal, hangat, antik unik. Disisi lain, orang masih memerlukan teknik pengoperasian yang relatif lebih bersahabat, yang hanya bisa didapat pada sistem digital. Sebagai jalan tengah, dibuatlah synthesizer hybrid.

Hal utama yang merupakan perbedaan mencolok antara synth analog dan digital adalah bahwa synth analog mampu menghasilkan bunyi yang warm atau hangat. Pendapat ini sebetulnya lebih bersifat subyektif. Yang dimaksud dengan warm sebetulnya adalah "kandungan frekuensi tinggi yang lebih sedikit dalam aliran sinyal gelombang bunyi". Fenomena ini secara teknis terjadi karena adanya boost frekuensi rendah. Atau malahan disebabkan kebocoran dari filternya. Manifestasinya adalah saat kita menekan tuts untuk menghasilkan nada, bunyinya akan terkolorasi sehingga kesannya ada penambahan chorus. Tambahan chorus ini secara psikologis memberi kesan thick & warm - tebal dan hangat. Pada sistem digital yang relatif lebih eksak, kebocoran filotrasi jelas tidak mungkin terjadi. Meskipun demikian, agak terlalu subyektif untuk mengklaim bahwa synthesizer digital takkan pernah dapat menyamai ketebalan dan kehangatan synthesizer analog.

Lalu bagaimana sekarang dengan synthesizer hybrid? Untuk berkenalan dengan synthesizer hybrid, ada baiknya kita tengok sejenak prinsip kerja synthesizer.

TONE GENERATOR -> TONE PROCESSOR -> NEW SOUND

Pada umumnya, bagian tone processor pada synthesizer terdiri dari berbagai seksi dengan fungsi yang berbeda. Seksi-seksi ini disebut Module. Beberapa module menjalankan fungsi masing-masing untuk memanipulasi gelombang bunyi dasar (basic wave-form). Module filter dan modulasi akan menjalankan fungsi untuk mensintesa elemen gelombang dasar. Hasil sintesa atau olahannya adalah bunyi baru dan juga timbre (warna bunyi) yang baru pula. Pada synthesizer hybrid, beberapa modul bekerja dengan sistem analog dan sebagian lainnya adalah digital. Module yang bekerja secara analog, dasar kerjanya bergantung pada circuit yang dipasang, sedangkan yang digital berdasar pada aliran sinyal bunyi yang terdigitalisasi.
  • Sebagai contoh KORG DW-8000, modul oscillator (pembangkit gelombang bunyi) adalah digital, sedangkan module filternya analog.
  • Kemudian synthesizer WALDORF Q, pada oscillatornya malah sudah dilengkapi DSP (Digital Signal Processor) sehingga gelombang bunyi dalam bentuk paling dasar pun sudah bisa dimanipulasi. Module filternya masih tetap analog.
  • Synthesizer YAMAHA SY-77 adalah murni synthesizer digital. Meski demikian teknologi sampler yang melekat padanya, yakni FM dan AWM2, sangat presisi sehingga bunyi baru yang dihasilkannya tetap tebal dan hangat
Meski telah diluncurkan produk synthesizer digital, yang setidaknya mampu menghasilkan bunyi hangat dan tebal, agaknya faktor psikologis cita rasa terhadap bangunan bunyi masih akan tetap menjadi perbincangan dan pembahasan yang tidak akan pernah berakhir. Di lain sisi, synthesizer hybrid menawarkan fasilitas yang "baru". Bukan cuma pengintegrasian analog dan digital dalam satu unit, melainkan pengembangan dari apa yang sudah ada pada analog dan digital.

FIXED FILTER BANK

Fasilitas ini sebetulnya sudah ada pada synthesizer analog rancangan Robert Moog. Fixed Filter Bank adalah sebuah module. Fungsinya adalah membentuk timbre, sehingga bunyi baru yang terbangun menjadi lebih punya karakter. Pada synthesizer hybrid, fixed filter bank dikembangkan lagi. Pengembangannya antara lain, yang cukup signifikan, adalah:
  • Pemilihan frekuensi gelombang dasar yang akan diolah, lebih teliti dan presisi. Ini dimungkinkan karena pada synthesizer hybrid atau hybrid synth terdapat bandpass gelombang yang lebih cermat. Juga low pass dan high pass filter dengan kemampuan menyaring frekuensi lebih presisi.
  • Spektrum bunyi pun bisa dipecah menjadi beberapa bagian. Dan tiap bagian bisa dimanipulasi oleh apa yang dinamakan sebagai Attenuator. Pemisahan dan attenuasi ini memungkinkan hybrid synth untuk membangun bunyi instrumen akustik dengan timbre yang sangat persis. Karena pengolahannya bukan sampai spektrum dasar, melainkan dengan ketelitian sampai bagian dari spektrum dasar itu sendiri.
  • Selain itu, teknologi hybrid synth memungkinkan mengolah slope atau kemiringan kurva frekuensi yang tentu mustahil dilakukan synthesizer analog. Dan bahkan synthesizer digital pun akan kerepotan untuk memproses dengan ketelitian setaraf ini.
Dari paparan ini, bisa dikatakan bahwa banyak sudah yang ditawarkan teknologi synthesizer sampai hari ini. Persoalan yang mendasar bukanlah membandingkan mana yang lebih baik. Pertanyaannya adalah apakah kebutuhan utama si pemusik? Akan sangat konyol, jika kebutuhan akan sound vintage harus dihadapkan pada aplikasi teknologi yang ribet dan membuat kepala nyut-nyutan.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.