PENGANTAR KECIL
KISAH SENGSARA YESUS
KISAH SENGSARA YESUS
JS.BACH'S "St. Matthew & St.John Passion"
by: Michael Gunadi Widjaja
ISTILAH PASSION
Dalam
terminologi Liturgi Gereja Katolik, kisah Sengsara Yesus dikenal dengan istilah
PASSION yang jika dipadankan ke
dalam Bahasa Indonesia menjadi PASSIO.
Passio sebetulnya adalah kisah kronologis peristiwa yang dialami Yesus sejak
menghadapi sakratul maut, ditangkap, disiksa dengan sangat tak beradab sampai
wafat-NYA melalui penyaliban. Keempat pengarang Injil menorehkan kisah sengsara
tersebut. Lanskap.dan dramaturginya bisa berbeda. Esensinya tetap sama, yakni
Tuhan - Putra yang sengsara dan mati demi penebusan dosa manusia.
MAKNA PASSION
Ritus
Gereja Katolik sangat menjunjung tinggi musik. Malahan musik dapat dikatakan
adalah ritual Gereja itu sendiri. Bertalian dengan hal tersebut, Passio harus
juga ditarik benang merahnya dalam ranah musikal. Istilah PASSION dalam ranah
musikal, merupakan istilah yang sangat evokatif. Ada dua makna mendasar
terhadap istilah tersebut. PASSION dalam kesejatian makna sebagai HASRAT dan PASSION dalam konteks
terpadu sebagai PASSIO atau Kisah Sengsara Yesus. Dalam ritus Gereja Katolik
Indonesia, lazim dikenal Passio dengan ragam kompositoris bermazhab Gregorian tradisional. Sepuluh tahun
lalu, dengan dipelopori oleh Pusat Musik Liturgi Yogyakarta, Pastor Karl Edmund Prier, SJ. memperkenalkan
bentuk baru dari komposisi Passio sebagai karangan seorang komposer Belanda.
BACH’S PASSION
Dalam
ranah musikal itu sendiri, dunia sebetulnya mengenal dua Passio yang dikatakan
terhebat dan paling menggetarkan sepanjang peradaban manusia. Dan keduanya dikarang
oleh Johann Sebasian Bach. Kedua
Passio tersebut adalah Passio versi Yohanes
(St. John Passion) dan Passio versi Matius
(St. Matthew Passion.) Jadi, Bach memusikkan dua Passio tersebut.
Tradisi
memusikkan Passio sebetulnya sudah mulai beberapa abad sebelum Bach mulai
mengutak-utik Passio. Saat itu, Paus Leo
Agung menetapkan bahwa sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus diperingati
selama satu minggu.
BENTUK PASSIO
Di
Indonesia dikenal sebagai masa PEKAN SUCI. Dalam pekan suci itulah, Passio
disajikan. Dengan tiga cara yang dipilih salah satu. DIBACA, DINYANYIKAN, ATAU DIDARASKAN. Istilah pendarasan adalah
padanan bagi gaya menyanyi resitatif. Awal musikalisasi Passio dilakukan hanya
dengan seorang Pastor. Pada abad ke-12, mulailah dibuat notasi musikalisasi Passio.
Namun notasi tersebut hanya berupa patokan laras atau pitch semata.
Dari
sajian seorang Pastor sebagai penampil, seiring berkembangnya peradaban, bentuk
Passio pun ikut beekembang. Mulailah dimasukkan unsur dramaturgi dalam Passio. Ada Narator nya yang membaca teks pewartaan. Kemudian ada yang
mengambil peran sebagai Yesus. Juga
ada sekumpulan orang yang berperan sebagai rakyat yang pada momen tersebut
berkelakuan sangat durjana.
DOUBLE CHORUS &
SECCO RECITATIVO
Johann
Sebastian Bach hidup dan berkarya saat Passio sudah dalam bentuk dramaturgi. Di
zaman Bach, malahan Passio dipertautkan sebagai Oratorio atau konser rohani. Bach
memusikkan Passio dengan sangat dinamis dan rumit. Bagian Chorus digarap dengan intensitas tinggi. Bach malahan
memperkenalkan format Double Chorus
yang pada Passio gaya tradisional merupakan hal yang ajaib. Score untuk narator,
dalam Passio nya Bach diberi petunjuk berupa kalimat SECCO RECITATIVO atau dilakukan dengan gaya berbicara.
Bagian
untuk narator dalam Passio Bach garapan menurut injil Yohanes, dinobatkan para
kritikus musik sebagai bagian resitatif paling meresap dan punya pengaruh
kejiwaan terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia. Bach juga mengeksplorasi
total imajinasinya untuk membuat kisah sengsara Yesus sebagai HORROR yang
sangat menakutkan dan menyayat hati setiap insan manusia. Dengan kata lain, Bach
dapat dikatakan sebagai salah seorang Penginjil yang terbesar sepanjang sejarah.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.