Saturday 19 April 2014

PENGANTAR KECIL KISAH SENGSARA YESUS KARYA JS. BACH (by: Michael Gunadi Widjaja)

PENGANTAR KECIL 
KISAH SENGSARA YESUS
JS.BACH'S "St. Matthew & St.John Passion"

by: Michael Gunadi Widjaja



ISTILAH PASSION
Dalam terminologi Liturgi Gereja Katolik, kisah Sengsara Yesus dikenal dengan istilah PASSION yang jika dipadankan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi PASSIO. Passio sebetulnya adalah kisah kronologis peristiwa yang dialami Yesus sejak menghadapi sakratul maut, ditangkap, disiksa dengan sangat tak beradab sampai wafat-NYA melalui penyaliban. Keempat pengarang Injil menorehkan kisah sengsara tersebut. Lanskap.dan dramaturginya bisa berbeda. Esensinya tetap sama, yakni Tuhan - Putra yang sengsara dan mati demi penebusan dosa manusia.

MAKNA PASSION
Ritus Gereja Katolik sangat menjunjung tinggi musik. Malahan musik dapat dikatakan adalah ritual Gereja itu sendiri. Bertalian dengan hal tersebut, Passio harus juga ditarik benang merahnya dalam ranah musikal. Istilah PASSION dalam ranah musikal, merupakan istilah yang sangat evokatif. Ada dua makna mendasar terhadap istilah tersebut. PASSION dalam kesejatian makna sebagai HASRAT dan PASSION dalam konteks terpadu sebagai PASSIO atau Kisah Sengsara Yesus. Dalam ritus Gereja Katolik Indonesia, lazim dikenal Passio dengan ragam kompositoris bermazhab Gregorian tradisional. Sepuluh tahun lalu, dengan dipelopori oleh Pusat Musik Liturgi Yogyakarta, Pastor Karl Edmund Prier, SJ. memperkenalkan bentuk baru dari komposisi Passio sebagai karangan seorang komposer Belanda. 



BACH’S PASSION
Dalam ranah musikal itu sendiri, dunia sebetulnya mengenal dua Passio yang dikatakan terhebat dan paling menggetarkan sepanjang peradaban manusia. Dan keduanya dikarang oleh Johann Sebasian Bach. Kedua Passio tersebut adalah Passio versi Yohanes (St. John Passion) dan Passio versi Matius (St. Matthew Passion.) Jadi, Bach memusikkan dua Passio tersebut.

Tradisi memusikkan Passio sebetulnya sudah mulai beberapa abad sebelum Bach mulai mengutak-utik Passio. Saat itu, Paus Leo Agung menetapkan bahwa sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus diperingati selama satu minggu.


BENTUK PASSIO
Di Indonesia dikenal sebagai masa PEKAN SUCI. Dalam pekan suci itulah, Passio disajikan. Dengan tiga cara yang dipilih salah satu. DIBACA, DINYANYIKAN, ATAU DIDARASKAN. Istilah pendarasan adalah padanan bagi gaya menyanyi resitatif. Awal musikalisasi Passio dilakukan hanya dengan seorang Pastor. Pada abad ke-12, mulailah dibuat notasi musikalisasi Passio. Namun notasi tersebut hanya berupa patokan laras atau pitch semata. 

Dari sajian seorang Pastor sebagai penampil, seiring berkembangnya peradaban, bentuk Passio pun ikut beekembang. Mulailah dimasukkan unsur dramaturgi dalam Passio. Ada Narator nya yang membaca teks pewartaan. Kemudian ada yang mengambil peran sebagai Yesus. Juga ada sekumpulan orang yang berperan sebagai rakyat yang pada momen tersebut berkelakuan sangat durjana.


DOUBLE CHORUS & SECCO RECITATIVO
Johann Sebastian Bach hidup dan berkarya saat Passio sudah dalam bentuk dramaturgi. Di zaman Bach, malahan Passio dipertautkan sebagai Oratorio atau konser rohani. Bach memusikkan Passio dengan sangat dinamis dan rumit. Bagian Chorus digarap dengan intensitas tinggi. Bach malahan memperkenalkan format Double Chorus yang pada Passio gaya tradisional merupakan hal yang ajaib. Score untuk narator, dalam Passio nya Bach diberi petunjuk berupa kalimat SECCO RECITATIVO atau dilakukan dengan gaya berbicara. 


Bagian untuk narator dalam Passio Bach garapan menurut injil Yohanes, dinobatkan para kritikus musik sebagai bagian resitatif paling meresap dan punya pengaruh kejiwaan terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia. Bach juga mengeksplorasi total imajinasinya untuk membuat kisah sengsara Yesus sebagai HORROR yang sangat menakutkan dan menyayat hati setiap insan manusia. Dengan kata lain, Bach dapat dikatakan sebagai salah seorang Penginjil yang terbesar sepanjang sejarah. 
 

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.