Pandemi COVID-19 memang menabur beberapa perubahan yang memang memaksa manusia untuk “berubah”. Salah satu diantaranya adalah konsep tentang pertemuan. Pertemuan tak lagi dimaknai sebagai bertemu bertatap muka secara fisik. Melainkan saling jumpa melalui media. Layar kaca yang kadang hanya seiprit. Hal ini berlaku di semua segi kehidupan. Orang semakin individual. Karena berakrab akrab, apalagi dalam jumlah yang relatif banyak, merupakan resiko yang akan teramat mahal.
Keadaan seperti demikian, semakin mengukuhkan private area, yang dalam batas tertentu juga merupakan isolation area. Tak terkecuali dalam ranah seni. Seni, khususnya musik, tak lagi dipandang sebagai tontonan massal. Seni memiliki dimensi baru. Sebuah perjalanan rasa, pengalaman estetis dan pergumulan manusia dengan entitas keindahan melalui ruang yang sangat pribadi. Di titik inilah, Balada headphone menjadi kisah yang tak terpisahkan dari hiruk pikuknya rona relung kehidupan manusia modern. Keberadaan headphone, memang bukan karena Pandemi COVID-19. Namun, Pandemi inilah yang makin mengukuhkan cengkeraman headphone pada realita aktifitas manusia saat ini.