SEXY SAX - MIKING SAXOPHONE - by: Michael Gunadi Widjaja (Audio Pro, December 2016)

“SEXY SAX”

MIKING SAXOPHONE

by: Michael Gunadi Widjaja

Audio Pro, December 2016

SAXOPHONE: LUWES UNTUK SEGALA GENRE

Mengapa saxophone yang saya angkat menjadi topik bahasan artikel ini? Mengapa bukan trumpet, horn, trombone, ataupun alat musik tiup lainnya? Jawabannya karena bagi saya, dan dari pandangan saya, saxophone adalah alat musik yang paling VERSATILE. Luwes untuk memainkan musik apapun genrenya.

Kita tentu masih sangat maklum, ranah Musik Jazz hampir dipadati dengan saxophone. Baik sebagai solo, combo, big band, maupun orkestra Jazz. Musik Pop pun tak luput dari jamahan saxophone sebagai nuansa plus. Bahkan Musik Klasik dan orkes simfoni klasik, juga menyertakan kehadiran aktif dari saxophone.

KARAKTER SAXOPHONE

Saxophone adalah hasil rancangan ADOLPHE SAX. Yang menarik adalah, bahwa ide dasar rancangan saxophone adalah: WOODWIND INSTRUMENT WITH BRASS POWER. Alat musik tiup KAYU dengan power alat musik tiup LOGAM. Apa artinya? Artinya saxophone adalah alat musik tiup yang dalam dirinya berpadu eksotisme kayu dan keperkasaan logam. Dan memang, awalnya saxophone diberi nama sebagai BASS HORN. Barulah pada 1946, saat Adolphe Sax mempatenkan karyanya, nama alatnya berubah menjadi saxophone.

PERTIMBANGAN KONSEP MIKING SAXOPHONE

Yang akan kita tilik dan sedikit telisik adalah, apa dan bagaimana saxophone jika harus mengalami dan berada dalam situasi MIKING? Miking sendiri adalah sebuah mata rantai yang sangat penting dalam keseluruhan proses reproduksi audio. Audio yang adalah gelombang bunyi, perlu direproduksi guna berbagai keperluan. Cakupan ruang, kepadatan penikmat, dan tentu saja rekaman.

Hal yang mestinya tidak berlebihan untuk senantiasa diingat, terutama bagi para sound engineer pemula, adalah bahwa REPRODUKSI BUNYI senantiasa menuai dua hasil. Yang nampak sederhana namun penting:

1. Semirip mungkin dengan instrumen aslinya

2. Modifikasi total dari instrumen aslinya

Apapun keadaannya, semuanya adalah dasar konsep yang bagus, bergantung pada keperluannya.

Saxophone adalah sebuah alat musik akustik yang jelas non listrik. Dan miking alat musik akustik senantiasa mensisakan pernak-pernik problema. Terutama jika menyangkut TONE COLOR atau warna bunyi. 

Dalam alat musik listrik dan sampling hasil komputer, kita bisa langsung mematok tone color dengan rangkaian prosesor. Tapi dalam alat musik akustik, tone color senantiasa bergantung pada:

1. SIFAT BAWAAN si alat musik. Termasuk bahan dan konstruksinya

2. Teknik permainan pemusik

3. Karakter Pemusik

4. Genre musik

Jadi sungguh sangat konyol jika misalnya hasil reproduksi saxophone untuk Mainstream Jazz, berbunyi sebagaimana musik pada era tahun 60-an. Kecuali memang pemusiknya punya pemikiran yang berbeda. Keutamaan yang bisa dijadikan patokan dan pegangan dalam miking adalah MAIN CHARACTER saxophone.

Ingat bahwa ide dasar konstruksi adalah eksotis dan powerful. Jadi karakter bunyi bisa saja beda akibat miking dan MIXING, namun logikanya, sifat Saxophone sebagai alat tiup yang eksotis dan SEXY tetap harus dipertahankan. Repotnya batasan eksotis dan sexy itu sangat beragam demarkasinya.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIKING ALAT MUSIK AKUSTIK

Secara sangat sederhana, dapatlah dikatakan bahwa, miking alat musik akustik, tentu termasuk saxophone, dipengaruhi oleh:

1. Jenis Microphone (Termasuk polaritas)

2. Locus peletakan Microphone

MICROPHONE CARDIOID

Terlebih dahulu, kita pahami bahwa saxophone, berbunyi dengan efisien pada entang  frekuensi 2 sampai 5 kHz. Efisiensi rentang frekuensi ini bisa dilakukan dengan MICROPHONE CARDIOID yang memiliki polaritas seperti cardio atau jantung. Microphone tipe ini menampung aliran bunyi langsung saat berhadapan dan menapis bunyi jika sumber bunyinya bergerak ke samping.

Pemakaian microphone cardioid adalah sebuah opsi bagi efisiensi rentang frekuensi. Tentu dalam prakteknya, kita bisa memakai lebih dari satu mic, misalnya untuk meliput interaksi saxophone dengan ambient ruang untuk mendapatkan sebuah karakter bunyi secara keseluruhan misalnya.

MIC PLACEMENT ON & OFF AXIS

Dalam miking alat tiup, sebetulnya ada dogma yang senantiasa diikuti oleh para sound engineering terkemuka. Dogma tersebut adalah MIC PLACEMENT ON AND OFF AXIS.

Persoalannya, untuk saxophone, keadaan ON dan OFF axis sangat berbeda dengan trumpet misalnya. Keadaan ON axis dalam saxophone, BUKAN BERARTI MIC DITODONGKAN LANGSUNG PADA LUBANG BUNYI seperti untuk trumpet.

Sejak zaman LIVING STEREO dan awal berdirinya perusahaan rekaman, ada cara konvensional dan tradisional dalam peletakan microphone (Jika hanya 1 dan untuk solo)

1. Panjang badan saxophone, setidaknya mendekati jarak antara pemain dan posisi microphone

2. Microphone diletakkan relatif di tengah antara mouthpiece dan BELL (corong bunyi)

PEDOMAN PENEMPATAN MIKING INSTRUMEN AKUSTIK

Dalam perkembangannya, serta dalam prakteknya, banyak sound engineer yang berpengalaman, memberikan pedoman sebagai berikut:

1. Bunyi BRIGHT

Letak beberapa inchi dari dan menghadap corong bunyi. Bukan lubang bunyi ya. Waspadai adanya feed back.

2. Bunyi WARM dan FULL

Beberapa inchi dari lubang bunyi. Waspadai noise yang mungkin terjadi.

3. Bunyi NATURAL

Beberapa inchi di atas corong dan diarahkan ke lubang bunyi.

4. Untuk bunyi PUNCHY AND BRIGHT

Bisa mempergunakan mic clip on.

Miking Saxophone sebetulnya adalah sebuah seni tersendiri. Sangat perlu bagi sound engineer untuk senantiasa melakukan trial. Dan tentunya persoalan akan menjadi lebih membuat keringetan, jika mempergunakan lebih dari sebuah microphone.