Monday 8 December 2014

"ART AND ARTIST" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, December 2014)

"ART AND ARTIST"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato Article, December 2014


Jika kita bicara dalam ranah Musik Populer, seperti ada hukum yang tidak tertulis, bahwa rupa dan penampilan si artis jauh lebih penting dibanding musiknya. Apalagi jika Musik Pop sudah berada dalam cengkeraman tangan-tangan gurita industri musik. Kita tentu telah paham, bahwa sudah terlampau banyak artis yang populer gara-gara penampilan dan video klip nya yang sensasional, namun sangat memalukan apabila melakukan live performance. Untuk mengatasi aib tersebut industri musik malahan belakangan ini semakin cerdas. Mereka mempergunakan dubbing dan lip sync. Agar kemampuan asli dari si artis tetap terkemas. Jazz adalah musik dalam skopa semesta Musik Pop. Meski JELAS Jazz bukanlah Pop, namun terminologi musik memasukkan Jazz sebagai musik di LUAR Musik Klasik. Dan ditambah pula beberapa fakta yang mengukuhkan bahwa Jazz memiliki akar dan popularitas dalam sebuah populasi tersendiri. Jika memang Jazz ada dalam semesta Musik Pop atau Populer, akankah Jazz juga mengalami fenomena ART AND ARTIST sebagaimana Musik Populer?

Friday 7 November 2014

"SISI KELAM MUSIK JAZZ" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, November 2014)

"SISI KELAM MUSIK JAZZ"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, November 2014


MUSIK JAZZ SEBAGAI IKON
Sudah menjadi sebuah maklumat bagi publik yang berkecimpung dalam ranah musik, bahwa Jazz adalah sebuah genre musik yang sangat ikonik. Jazz dapat dikatakan sebagai ikon kebebasan dan pembebasan. Jazz juga sebuah ikon bagi jeritan jiwa yang terkungkung dan termarjinalkan. Sebagai konsekuensinya, Jazz juga adalah sebuah ASA. Sebuah harapan bagi kesetaraan sosial yang bebas dari pengaruh rasisme. Hingga hari ini, Jazz ternyata masih saja bergumul, bergelut, dan berkutat dengan eksistensinya. Jazz masih saja memiliki sisi kelam yang nampaknya akan berkepanjangan untuk terus menghantui. Sebagai sebuah bahasa musik universal, tentu saja Jazz juga memberi imbas pada perkembangan musik di tanah air. Sisi kelam Jazz pun mau tak mau, suka tak suka, turut menghantui perkembangan Jazz di tanah air.

Monday 6 October 2014

"AWAL BELAJAR IMPRO" - by: Michael Gunadi Widjaja, Staccato October 2014

"AWAL BELAJAR IMPRO"
by: Michael Gunadi Widjaja
Article Staccato, October 2014


UPAYA BELAJAR IMPROVISASI DALAM MUSIK JAZZ
Sebetulnya agak aneh ketika diistilahkan bahwa improvisasi dalam Musik Jazz akan diajarkan. Aneh karena improvisasi atau impro dalam Musik Jazz tidak pernah diajarkan dan ditutorialkan sebagaimana etude-etude dalam Musik Klasik. Jack Lesmana, macan Jazz Indonesia, pernah berkata begini: “Nada-nada dalam komposisi, dapat lahir dalam hitungan menit, jam, atau bahkan tahun. Namun nada-nada dalam improvisasi lahir hanya dalam seper sekian detik saja“ Ungkapan tersebut setidaknya menyiratkan pada kita, bahwa mestinya memang diperlukan sebuah upaya pembelajaran “yang tidak bisaa” dalam impro untuk Jazz. Keterkaitan antara ketrampilan dan kemampuan berimprovisasi dengan komposisi, secara sangat luar biasa, dikatakan oleh Igor Stravinsky sebagai “Komposisi adalah improvisasi yang terseleksi“

Pertanyaan yang paling mendasar adalah, Ok… jika memang demikian keadaannya, lalu darimana kita harus memulai belajar impro? Dunia kita sekarang dipenuhi dengan hiruk pikuk informasi yang dalam batas tertentu malahan sangat membingungkan. Nampaknya ada baiknya dan tentu tak ada ruginya jika kita mengacu pada “cara belajar” para legenda Jazz dunia. Terutama para legenda pada awal pertumbuhan dan perkembangan Musik Jazz. 

Thursday 4 September 2014

"J. EDU" (Part 2) - Menelisik Pendidikan Musik Jazz, by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, September 2014)

"J. EDU"
MENELISIK PENDIDIKAN MUSIK JAZZ (Bagian ke-2)
by: Michael Gunadi Widjaja
Artikel Staccato (September 2014)


Dalam bagian ke-1 kita telah menelisik keadaan Musik Jazz dalam ranah pendidikan musik di awal pertumbuhannya. Kini kita akan masuk lebih dalam tentang keberadaan Jazz dalam ranah pendidikan musik, setelah mengalami kegetiran dan di “anak tiri” kan pada awal perkembangannya.

Hal pertama yang menjadi pijakan kita adalah ketika beberapa universitas di USA mulai memasukkan Musik Jazz sebagai satuan angka kredit dalam perkuliahan musik. Beberapa universitas tersebut adalah: Universitas di negara bagian Tennesse, Universitas Texas Utara, Berklee College of Music, dan Universitas di kota Los Angeles. Berbagai universitas tersebut memasukkan angka kredit bagi Musik Jazz terutama pada kajian tentang permainan ensembles, pengetahuan, dan praktek improvisasi, juga teknik mengaransir.

Monday 11 August 2014

"J.EDU" (Part 1) - Menelisik Pendidikan Musik Jazz, by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, August 2014)

"J. EDU"
MENELISIK PENDIDIKAN MUSIK JAZZ (BAGIAN KE-1)
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato Article (August 2014)


“J. EDU” adalah singkatan dari Jazz Education. Pendidikan dalam Musik Jazz. Sebetulnya, pokok bahasan semacam ini adalah spesialisasi dari Ibu Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu. Dengan demikian, Saya akan memberi telaahan dari sudut pandang Saya sebagai pekerja musik semata. Dan bukan dimaksudkan sebagai paparan ilmiah edukasi musik. Semesta pembicaraan ini Saya anggap menarik dikedepankan sehubungan dengan beberapa fakta yang bertalian, berkenaan, dan bersinggungan dengan Musik Jazz itu sendiri. 

FAKTA TENTANG MUSIK JAZZ

BERAWAL DARI “KEKELIRUAN” HINGGA MENJADI SESUATU YANG CANGGIH

Jazz sejati sebetulnya adalah sebuah musik silang budaya. Bentuk sajian Jazz di awal masa pertumbuhannya banyak diwarnai oleh “kekeliruan.” 

Monday 7 July 2014

"DEEPER IN JAZZ" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, July 2014)

"DEEPER IN JAZZ"
MENELISIK AKAR BUDAYA JAZZ
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato Article (July 2014)


JAZZ AS A MUSIC STYLE
Jazz dalam kesejatiannya adalah music style atau gaya bermusik. Terminologi ini meluas pada dua pengertian, yakni Jazz sebagai sebuah RHYTHM dan Jazz sebagai sebuah MUSIC GENRE. Jazz sebagai irama, mudah ditangkap manakala kita menikmati misalnya, sajian musik Bossa Nova yang tidak terlalu progresif. Pola ritme nya saja yang Bossa namun harmoni dan tata musiknya tidak beridiom Bossa. Juga misalnya lagu Pop nostalgia yang disajikan dengan pola irama Swing. Meski tentu tata musiknya tergolong sangat “manis” dan tidak Swing.

Sebagai Gaya Bermusik, Jazz berasal dari bagian selatan Amerika pada awal abad ke-20. Saat itu Jazz tumbuh dan berkembang secara unik. Apa uniknya? Yakni Jazz bersifat sangat luwes, kenyal, dan terbuka. Sehingga dalam perkembangannya, terutama di saat sekarang ini, sulit mengatakan bahwa Jazz adalah sebuah tradisi khas bangsa tertentu. Jazz memang berasal dari Amerika dan memang akar budayanya berada di Amerika. Namun perkembangan Jazz itu sendiri menjadikannya Harta Budaya Semesta. Sifat luwes, kenyal, dan terbuka dari Jazz, menjadikan semua bangsa dapat main Jazz menurut akar budaya masing-masing.

Wednesday 4 June 2014

"BOSSA NOVA" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, June 2014)

"BOSSA NOVA"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, June 2014



APA ITU JAZZ?
Saya ingin memulai artikel kali ini dengan memaparkan apa yang saya alami saat SMA. SMA saya itu SMA kampung. Namun demikian saat itu kami ada program pertukaran pelajar. Hadirlah di sekolah saya seorang siswa dari Amerika dan berkulit hitam. Saat perkenalan formal, dia memainkan saxophone dan melantunkan rangkaian melodi, yang untuk saat itu saya yakini sebagai Jazz. Kemudian saya dan teman-teman mengajaknya bergabung dengan band kami. Saat diajak bergabung, siswa Amrik tersebut melantunkan pertanyaan yang menarik. Bahkan untuk saat ini. Dia bertanya begini: "First I really want to know, WHAT KIND OF MUSIC YOU CALLED JAZZ?" dengan aksen orang kulit hitam New York yang kental. Pertanyaan tersebut setidaknya memberi acuan untuk tidak semena-mena mengelompokkan musik sebagai Jazz.

Wednesday 7 May 2014

"CHEAT JAZZ" - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato May 2014)

"CHEAT JAZZ"
by: Michael Gunadi Widjaja
Article Staccato May 2014


A GREAT JAZZ MUSICIAN
Sewaktu saya masih kuliah di Aussie jurusan komposisi,pernah saya menjasi reporter radio.di kampus. Suatu hari, ada gitaris Jazz top yang konser di Aussie. Beliau adalah Earl Klugh. Gitaris Jazz yang berekspresi dengan gitar berdawai nylon. Dalam sebuah kesempatan, saya mewawancarai itu Mr. Earl Klugh. Salah satu pertanyaan saya waktu itu, berbunyi begini:

“Mr. Earl Klugh, kayak apa sih seorang musisi Jazz dikatakan bagus dan hebat?”
“Apakah yang hebat itu adalah mereka yang bisa berimprovisasi dengan teknik seperti akrobat sirkus?”

Saturday 19 April 2014

PENGANTAR KECIL KISAH SENGSARA YESUS KARYA JS. BACH (by: Michael Gunadi Widjaja)

PENGANTAR KECIL 
KISAH SENGSARA YESUS
JS.BACH'S "St. Matthew & St.John Passion"

by: Michael Gunadi Widjaja



ISTILAH PASSION
Dalam terminologi Liturgi Gereja Katolik, kisah Sengsara Yesus dikenal dengan istilah PASSION yang jika dipadankan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi PASSIO. Passio sebetulnya adalah kisah kronologis peristiwa yang dialami Yesus sejak menghadapi sakratul maut, ditangkap, disiksa dengan sangat tak beradab sampai wafat-NYA melalui penyaliban. Keempat pengarang Injil menorehkan kisah sengsara tersebut. Lanskap.dan dramaturginya bisa berbeda. Esensinya tetap sama, yakni Tuhan - Putra yang sengsara dan mati demi penebusan dosa manusia.

MAKNA PASSION
Ritus Gereja Katolik sangat menjunjung tinggi musik. Malahan musik dapat dikatakan adalah ritual Gereja itu sendiri. Bertalian dengan hal tersebut, Passio harus juga ditarik benang merahnya dalam ranah musikal. Istilah PASSION dalam ranah musikal, merupakan istilah yang sangat evokatif. Ada dua makna mendasar terhadap istilah tersebut. PASSION dalam kesejatian makna sebagai HASRAT dan PASSION dalam konteks terpadu sebagai PASSIO atau Kisah Sengsara Yesus. Dalam ritus Gereja Katolik Indonesia, lazim dikenal Passio dengan ragam kompositoris bermazhab Gregorian tradisional. Sepuluh tahun lalu, dengan dipelopori oleh Pusat Musik Liturgi Yogyakarta, Pastor Karl Edmund Prier, SJ. memperkenalkan bentuk baru dari komposisi Passio sebagai karangan seorang komposer Belanda. 

Tuesday 8 April 2014

"JELAGA KERETA DI DAUN GUGUR" - by: Michael Gunadi Widaja (Staccato April 2014)

"JELAGA KERETA DI DAUN GUGUR"
by: Michael Gunadi Widjaja
Artikel Staccato April 2014


“Lho?! Mas Michael sedang kasmaran ya? Kok judulnya kayak puisi?”

“Ah, untuk apa lah kasmaran lagi? I’ve found my true Love!
Zaman sekarang ini yang namanya kasmaran sudah bukan zamannya lagi.
Karena cinta zaman sekarang sudah banyak direkayasa!“

INDUSTRIALISASI MUSIK
Sebetulnya, bukan cuma cinta yang di zaman sekarang ini penuh rekayasa. Hampir segala aspek kehidupan zaman sekarang marak dengan rekayasa. Bahkan soal agama pun tidak luput dari jamahan rekayasa. Kalau beragama saja sudah dijamah rekayasa, tentu budaya pun akan digerayangi rekayasa. Akibatnya tentu, musik pun akan terekayasa. Demi kepentingan bisnis, orang dengan seenaknya merekayasa musik, dengan mengatas namakan industrialisasi. Jika hasilnya memiliki mudharat, tentu kita akan mengacungi jempol. Namun jika hasilnya hanya sekedar berkoar dan duit semata, sebetulnya secara moral kita ikut bertanggung jawab. Namun apa mau dikata, budaya moralitas kita pun sudah direkayasa dan terekayasa.

INDUSTRIALISASI DALAM MUSIK JAZZ
Dalam semesta tentang rekayasa, Musik Jazz pun tak luput dari jamahan dan bahkan perkosaan. Tak jarang orang merekayasa Jazz dengan menampilkan sajian yang sebetulnya sama sekali tidak Jazz. Sebagai apologi nya dimunculkan istilah Pop Jazzy, Jazzy Light, Jazzy easy listening, dan bahkan ada yang secara sembrono mengklaim musiknya sebagai musik yang setengah Mainstream Jazz dan setengah Pop

Tuesday 4 March 2014

"SMOOTH JAZZ" - Sebuah Upaya Yang Tidak Smooth! Artikel Staccato, Maret 2014 - by: Michael Gunadi Widjaja

SMOOTH JAZZ:
"SEBUAH UPAYA YANG TIDAK SMOOTH"
Artikel Staccato Maret 2014
Oleh: Michael Gunadi Widjaja


Sudah kita maklumi bersama, bahwa salah satu sifat esensial Musik Jazz adalah kekenyalannya. Jazz sangat kenyal sehingga leluasa menerima, dimasuki, disusupi bahkan disetubuhi berbagai mazhab musik maupun genre musik. Penerimaan, pemasukan, penyusupan, dan persetubuhan Jazz dengan mazhab dan genre musik lain, secara global memiliki dua macam aksi. Yakni PENGARUH dan PELEBURAN - Influence and Fuse. Dari pengaruh dan/atau peleburan itu kita mengenal istilah-istilah seperti Latin Jazz, Jazz Rock, Free Jazz, Ethnic Jazz, Fusion Jazz. Lima tahun terakhir, kita mulai terbiasa dan dibiasakan pada sebuah trend baru, yaitu yang dikenal dengan istilah SMOOTH JAZZ.

CIKAL BAKAL SMOOTH JAZZ
Smooth Jazz sebetulnya dapatlah dikatakan sebagai genre dari Musik Jazz. Pertumbuhannya mengakar pada Fusion Jazz. Esensinya adalah sebuah fusi atau peleburan, dan bukan sekedar perpaduan, dari berbagai unsur musikal. Peleburan tersebut mendapat pengaruh dari Jazz tradisional, rhythm and Blues, Funky Music, Rock, dan bahkan Musik Pop. 

Friday 7 February 2014

"JAMMING JAZZ" (Artikel Staccato Februari 2014) - by: Michael Gunadi Widjaja

"JAMMING JAZZ"
Oleh: Michael Gunadi Widjaja
Artikel Staccato Februari 2014


KOMUNIKASI DALAM MUSIK
Jika kita sempat meluangkan waktu sedikit saja untuk membaca sejarah musik, tentu kita akan mendapati fakta-fakta unik dalam rentang napak tilas musik dalam sejarah peradaban umat manusia. Sejarah musik mencatat, bahwa bentuk “permainan bersama” dalam musik, merupakan sebuah jalur komunikasi budaya. Komunikasi yang bukan verbal melainkan dalam bingkai estetis. Komunikasi tersebut dapat sangat personal, dapat pula sebuah deklarasi pada publik, dan seringkali sebuah “pertandingan” adu mahir seperti binatang.  

WA. Mozart bermain musik bersama kakak perempuannya, Nannerl sebagai bentuk komunikasi personal. Wolfgang Amadeus Mozart, Johann Sebastian Bach, dan Ludwig van Beethoven seringkali unjuk kebolehan dengan mengimprovisasi thema saat resital. Sebagai sebuah bentuk kebersamaan dalam komunikasi budaya. Jangan pernah lupa, bahwa ada juga pertandingan adu mahir. Lawan pemain organ Bach yang lari ketakutan tunggang langgang. Beethoven melahan adu jago main piano sampai melawan beberapa orang sekaligus. Dan salah satu yang paling terkenal adalah duel piano yang bersejarah melibatkan Muzio Clementi.

Tuesday 28 January 2014

GUITAR TRILOGY (by: Michael Gunadi Widjaja)

GUITAR TRILOGY
Composed by: Michael Gunadi Widjaja
Maybe you're all willing to hear my new composition for one nylon string guitar
Its a trilogy in three movements:

I Stuck
II Freak

III Hello Samba


When feel tired you will be stuck, or even freak...
but some hope can make you shake bumpy bumpy :) 


Tuesday 7 January 2014

"FAKTA-FAKTA UNIK TENTANG JAZZ" - by: Michael Gunadi Widjaja (Artikel Staccato Januari 2014)

"FAKTA-FAKTA UNIK TENTANG JAZZ"
by: Michael Gunadi Widjaja
Artikel Staccato Januari 2014



Batasan tentang Musik Jazz dapatlah dikatakan sangat membingungkan. Art Blakey misalnya, memberi batasan bahwa istilah Jazz, sepadan dengan ungkapan: "It washes away the dust of everyday life," atau jika ingin dipadankan ke dalam bahasa Indonesia, maknanya kira-kira begini: “Jazz itu ya bagai bunyi yang muncul ketika kita menyeka debu kotoran dalam kehidupan harian kita, seperti bunyi wuuuussss…” Ada lagi yang memadankan Jazz sebagai: “Musik yang terbuka tanpa batas dan dirancang untuk orang-orang yang juga berpikiran terbuka.” Dari dua pendapat tersebut, semestinya kita dapat sekedar menyimpulkan, bahwa benar sebuah adagium yang menyiratkan bahwa: Jazz takkan pernah dapat dimengerti, namun selalu dapat dinikmati.

Sejarah dan sejarawan musik mencatat bahwa, tidak ada satu hal pun tentang Jazz yang bisa ditelusuri maknanya secara pasti. Sangat sulit untuk mendapatkan kepastian sejarah tentang asal-usul Jazz. Sangat sulit juga untuk menulis hal-hal seputar Jazz, sangat tidak gampang untuk membuat komposisi Musik Jazz dan tentu saja menjadi sebuah tantangan tersendiri saat kita ingin menyelami jiwa dari Musik Jazz. Meski demikian, ada satu hal yang “pasti” dari Musik Jazz. Bahwa Jazz hanya dapat dimahkotai dan bersemayam dalam sanubari oleh orang-orang yang benar-benar memiliki rasa cinta terhadap Jazz. Cinta Jazz dalam bentuknya yang paling dalam dan luas, sampai pada lubuk terdalam setiap jengkal relung kehidupan.