Jika anda mendengar musik karya Chopin, pasti hati nurani anda akan berkata bahwa ini adalah sebuah karya musik yang dikerjakan oleh seorang Professional. Professional dalam artian pekerjaan utamanya adalah sebagai pemusik. Dan memang. Chopin adalah seorang pemusik yang professional. Chopin sangat professional dan pakar dalam performansi piano. Chopin juga sangat pakar dan berkemampuan sangat professional dalam menggubah karya musik untuk piano. Semua karya musik Chopin menunjukkan hal tersebut. Bahkan Valse in A minor Op. posthumous yang sering diledek sebagai musik anak-anak grade 1, sebetulnya adalah sebuah komposisi karya musik piano yang sama sekali tidak sederhana.
Selain Chopin, Beethoven juga adalah pemusik dan komposer professional. Profesi utamanya adalah pemusik. Meski hidupnya miskin melarat, kemampuan dalam bermain piano dan menggubah musik sangatlah professional. Banyak kali Beethoven ditolak perempuan saat meminang, hanya karena Beethoven sangat miskin dan berpenghasilan tidak tetap. Beethoven pun sering berselisih paham dengan pihak penerbit karya-karyanya. Dalam rentang hidupnya, Beethoven hanya beberapa kali saja menggelar konser dengan menerima honorarium. Selebihnya, ya biasa. Dikemplang, wassalam dan panitianya alasan ini itu anu. Meski demikian, Beethoven tertera dalam sejarah sebagai The Professional Music Grand Master.
Berbeda dengan Beethoven dan Chopin, dunia mengenal Franz Liszt. Liszt ini agak aneh. Ia bercita cita menjadi seorang Komposer Professional. Namun cita citanya tersebut tak pernah kesampaian. Sebagai pianis, Liszt memang seorang professional. Namun tidak sebagai seorang komposer. Sebagai Pianis, Franz Liszt termasuk Idola. Layaknya Megastar Pop dan Bintang Rock jman sekarang. Para perempuan tergila gila dan sungguh gila beneran terhadap Franz Liszt. Mereka mengumpulkan rontokan rambut Franz Liszt saat perform di panggung. Merekapun mengumpulkan puntung rokok yang dihisap Liszt. Namun segala antusiasme publik ini tetap membuat Franz Liszt DEPRESSI sampai memutuskan menjadi seorang Rohaniawan. Franz Liszt dapat dikatakan adalah contoh dari seorang professional yang merasa sebagai amatir.
Di belahan sebelah sana, ada Robert Schumann. Jalan hidupnya berkebalikan dengan Franz Liszt. Schumann malahan sebetulnya bercita cita menjadi pianis professional. Namun ia mengalami cacat jari jemarinya akibat penyakit sifilis. Ya maklum lah, bagaimanapun Schumann adalah seorang seniman yang dalam relung tertentu menganggap bahwa sex adalah sebuah keagungan tersendiri. Schumann stress, depressi,dan mencoba berbagai cara untuk melatih dan memperbaiki cacat tangannya, termasuk merancang alat mekanik fisioterapi sendiri.
Upayanya ini tetap tak membuahkan hasil hasrat musiknya ia salurkan dengan menjadi seorang komposer. Dan diantara dua sisi amatir dan professional ini, Clara, sang istri sangat mendukung meski Robert Schumann sendiri mengasihi istrinya dengan aroma cinta yang sungguh aneh. Musik Schumann adalah musik yang digubah seorang komposer professional namun juga pianis yang amatir akibat cacat tangan dan jari.
Hector Berlioz. Ia sama sekali bukan pemusik professional. Benar benar amatir. Publik sampai dengan jaman sekarang mengira bahwa Berlioz adalah seorang pemusik dan komposer professional, padahal ia adalah seorang amatir murni.
Hector Berlioz adalah seorang mahasiswa kedokteran. Saat bedah mayat ia ketakutan dan lari lompat jendela. Kemudian tersesat dan masuk ke sebuah bangunan yang ternyata adalah sebuah Konservatori Musik. Di sanalah kemudian Berlioz menjadi tertarik dan ikut-ikutan meski tak formal. Berlioz SAMA SEKALI TAK BISA MAIN PIANO. Namun meski amatir ia menggubah karya orkestra yang luarbiasa. Latar belakang keilmiahannya dia pakai dengan menerbitkan satu TREATISE untuk instrumentasi orkestra. Yang adalah sebuah buku panduan yang detail dan sangat sistematis dan ilmiah.
Jika anda gemar Muziek Klaziek, maka tentunya diharapkan anda pernah mendengar karya karya muziek klaziek dari Rusia. Karya musik Klasik Rusia berbasis pada karya komposisi THE BIG FIVE yakni: Mily Balakirev (the leader),César Cui, Modest Mussorgsky, Nikolai Rimsky-Korsakov and Alexander Borodin.
Alexander Borodin sama sekali bukan pemusik professional. Ia amatir yang tentu bukan amatiran. Borodin adalah seorang ilmuwan. Ahli Kimia yang luar biasa. Musik adalah Passion nya. Mussorgsky yang terkenal dengan PICTUE AT AN EXHIBITION juga bukan pemusik professional. Ia adalah pegawai pemerintah bidang administrasi kota praja. Rimsky Korsakov juga sama sekali bukan pemusik professional Ia adalah perwira militer di pasukan Kerajaan Rusia. Sama seperti Fernando Sor yang adalah perwira militer Napoleon dan sama sekali bukan Gitaris Professional. Cesar Cui juga bukan pemusik professional Ia itu insinyur mesin dan bekerja pada Militer Rusia. Hanya Mily Balakirev lah yang pemusik professional. Makanya ia dikenal sebagai The Leader dari Brigade para komposer akbar dari Rusia.
Friedrich Nietzsche, filsuf (1844-1900)
Meskipun sangat tertarik dalam menggubah musik, Nietzsche tampaknya mengalami kesulitan yang sama besarnya dalam menyusun sebuah mahakarya. Sama seperti halnya sebagian dari kita dalam memahami filosofinya (atau, bahkan, mengeja namanya).
Dibesarkan dalam keluarga musik, dia bisa bermain piano dengan baik dan mendapati dirinya sebagai seorang pemuda yang berteman dan didukung penuh oleh Richard Wagner. Dan, tentu saja, dia memiliki salah satu pikiran paling gesit di abad ke-19. Namun sayangnya, kecemerlangan yang menghasilkan teks-teks tulisan filosofis inovatif seperti Such Spoke Zarathustra dan Beyond Good and Evil tidak pernah diterjemahkan ke dalam penguasaan musiknya. Ketika Cosima Wagner dan Hans Richter memainkan duet piano The New Year's Echoes untuk piano pada tahun 1871, Wagner sendiri rupanya harus meninggalkan ruangan sambil histeris. Tahun berikutnya, Meditasi Manfred Nietzsche untuk piano solo mendapat sambutan yang lebih buruk dari Hans von Bülow. ‘Apakah Anda tidak punya cara yang lebih baik untuk menghabiskan waktu?’ tulis konduktor saat menerima musik, menambahkan bahwa Nietzsche telah ‘memperkosa inspirasi musik’. Haduuuh Dasar amatir. Hehehehe.
Jean-Jacques Rousseau, filsuf (1712-1778)
Kita harus mengingat bahwa, dalam risalahnya yang terbit tahun 1750, yakni Discourse on the Arts and Sciences, Rousseau berpendapat mengenai seni ,dengan secara kasar, ia menyatakan bahwa seni pada umumnya mempunyai pengaruh yang merusak terhadap sifat manusia – karena mendorong kesombongan dan berbagai dosa lainnya – Tentu pernyataannya tersebut sangat mengejutkan.
Perlu diketahui bahwa dia sendiri sebetulnya menggubah musik dengan sungguh-sungguh. Menulis cukup banyak lagu, karya Orkes kamar dan Orkestra, pencapaian terbaiknya datang dalam bentuk opera Le Devin du Village tahun 1752, yang membuatnya mendapatkan tawaran pensiun seumur hidup dari Raja Louis XIV (dia menolaknya) dan tetap populer sampai bertahun-tahun.
Leo Tolstoy, penulis (1828-1910)
Penulis War and Peace dan Anna Karenina ini, paling terkenal saat mengungkapkan kecintaan dan pengetahuannya terhadap musik dalam cerita The Kreutzer Sonata tahun 1889 tentang kecemburuan obsesif seorang pria terhadap istrinya. Warisan musik Tolstoy sendiri pendek (totalnya sekitar satu menit!), namun sangat menawan – pada tahun 1906, ia memainkan sedikit Waltz di F mayor yang ia gubah di masa mudanya kepada ahli musik Aleksandr Gol'denveizer, yang menuliskannya untuk anak cucu. Sejak itu, karya tersebut direkam oleh pianis Imogen Cooper dan Lera Auerbach. Amatir yang benar-benar hebat.
Sir Anthony Hopkins, aktor, sutradara (lahir 1937)
Tentu anda, penggemar film action dan Thriller mengenal Dirty Harry dan Hannibal Lecter. Dua karakter yang mungkin Anda tidak ingin terjebak dalam satu ruangan pada saat yang bersamaan.Hahaha. Namun orang-orang yang memerankannya tampaknya memiliki kehalusan cita rasa seni tersendiri – ketika Clint Eastwood dan Sir Anthony Hopkins bertemu di pesta-pesta Hollywood, kami rasa mereka tidak membahas hal yang lebih jahat selain tanda tangan, kunci nada dan garis buku besar paranada. Untuk film Slipstream tahun 2007, Sir Anthony tidak hanya menulis musiknya tetapi juga mengatur dan memimpinnya sendiri. Menggambarkan pendekatan komposisinya sebagai 'gaya bebas' dalam sebuah wawancara tahun 2008, Hopkins mengatakan dia mengambil inspirasi dari orang-orang seperti Scriabin, Debussy dan Ravel. Kebetulan, ia tidak sama dengan komposer Inggris Antony Hopkins, yang, sejauh yang mungkin anda tahu, tidak pernah mencoba “memakan” siapa pun di layar lebar, seperti tokoh Dr Hannibal Lecter.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.