Monday, 6 June 2016

NAPAK TILAS SEBUAH DAWAI GITAR - by: Michael Gunadi Widjaja (Staccato, June 2016)

"NAPAK TILAS 
SEBUAH DAWAI GITAR"
by: Michael Gunadi Widjaja
Staccato, June 2016


GITAR KLASIK YANG DIPAKSA BERDAWAI METAL
Yang sebetulnya dikenal orang awam nan umum adalah, bahwa untuk gitar non elektrik, ada dua jenis. Yang dawai nya menggunakan nilon dan yang dawainya menggunakan kawat alias metal. Kalau kita bergaul dengan pemain-pemain gitar amatir, baik di kampung, kota kecil, atau bahkan di pinggiran kota besar, kerapkali dan acapkali terjadi hal konyol dan menggelikan seputar dawai gitar non elektrik.

Karena kocek tipis, nggak mau repot, seringkali terjadi gitar tipe klasik dipaksa dipasang dawai kawat atau metal. Ya tentu saja base bridge nya jadi peyot hancur. Tuning machine nya bengkok dan tentu juga merusak nuansa nya. Tapi anehnya, banyak dari para amatir tersebut berdalih, bahwa gitar klasik dipasang dawai metal adalah dalam rangka agar bunyinya gemerincing dan keras. Ironis, konyol, dan nampak bodoh. Namun jika kita mau jujur, kekonyolan semacam itu masih terjadi sampai detik saya mengetik artikel ini.



KELEBIHAN GITAR KLASIK DIBANDINGKAN PIANO
Dalam esensinya, sebuah gitar klasik, dalam hal mutu jelas dipengaruhi oleh materialnya. Namun yang utama adalah BRACING atau rangka gitar yang menopang body. Keutamaan lain adalah DAWAI atau SENAR nya. Sebab di dawai inilah, execution locus terjadi. Gitar klasik memiliki kemampuan eksplorasi TONE COLOR atau warna bunyi yang mengagumkan. 

Berbeda dengan Piano. Daniel Barenboim, pianis dunia, mengatakan bahwa di piano yang dapat kita lakukan adalah MEMBUAT ILUSI WARNA BUNYI PIANO. Warna bunyi di Piano adalah ILUSI. Orang boleh saja berkata bahwa jarinya bisa memanipulasi hammer dan locus pukulan hammer. Namun tetap saja, warna bunyinya adalah ILUSI. Yang semakin peka dan hebat, si pianis bisa membuat ilusi warna bunyi yang nyaris nyata. 

Berbeda dengan pada Gitar Klasik: warna bunyinya sangat NYATA! Mengapa? Karena titik eksekusinya bisa terjalin di sepanjang rentang dawai secara nyata dan kasat mata. Sebetulnya hal ini sangat luar biasa.


MATERI DAWAI GITAR KLASIK
Jadi sebetulnya, dawai pada Gitar Klasik bukan semata sarana penghasil bunyi. Melainkan adalah kekayaan si Gitar Klasik itu sendiri. Menjadi jelas bahwa material dawai Gitar Klasik bukan sekedar asal pilih. Material dawainya memiliki sejarah panjang dengan rentang waktu yang evolusioner. Material pun mengalami perkembangan sebagai hasil riset dan pengembangan yang teliti, cermat, tanpa lelah,  dan berkesinambungan, serta senantiasa melibatkan hubungan erat antara pembuat gitar (Luthier) – Gitaris - pengamat musik - pakar organologi.


DAWAI DALAM MITOLOGI YUNANI
Konon menurut sahibul hikayat, yang mudah mudahan sahibul nya tidak berubah menjadi tukang ngibul, pemakaian material catgut sudah ditengarai dalam Mitologi Yunani. Hermes (bukan merk tas mahal,) anak dari Dewa Zeus bermain Lira. Dia menghamparkan kulit sapi pada body Lira, untuk memperindah produksi bunyi dan memasang 7 dawai yang terbuat dari usus domba.

Dalam karya drama nya, sastrawan Inggis William Shakespeare mempergunakan catgut sebagai dawai alat musik pengiring drama nya. Hal itu sangat disukai dan sempat membius penonton. Dalam sebuah rima dialog dramanya, bahkan Shakespeare sempat menuliskan: Tidak kah aneh bila usus domba ternyata bisa mengungunkan jiwa manusia? Sebuah permenungan yang sungguh mendalam.

PERKEMBANGAN DAWAI GITAR KLASIK
Berikut saya sajikan nukilan napak tilas perkembangan dawai Gitar Klasik. Bukan sebagai hamparan fakta sejarah, melainkan saya sajikan secara populer. Pada zaman dahulu kala, yang nyaris primitif, bahan yang umum dipakai sebagai dawai untuk alat musik berdawai adalah dari material CATGUT. Catgut sempat umum dipakai sebagai dawai untuk harpa, lute, gitar, biolin, dsb. Material Catgut berasal dari usus binatang ternak dan domba. Yang lazim disebut sebagai binatang ternak untuk Eropa adalah sapi dan banteng. Maka beberapa ahli semiotika menegaskan kemungkinan istilah CATGUT adalah singkatan dari istilah CATTLEGUT. Sebetulnya yang umum dirancang adalah dawai untuk treble. Dawai Bass memakai juga material catgut, namun kala itu dibungkus dengan lilitan serat sutra.

Bagian paling tebal dari usus binatang, dikenal sebagai SAITLING yang dalam bahasa Jerman dilafalkan sebagai SAITEN. Usus dicuci bersih dan direndam air. Bagian yang tebal disayat dengan pisau. Kemudian dilumuri bahan alkalin agar licin, dikeringkan agar seratnya tidak kacau. Selain sebagai dawai, catgut banyak dipakai pula sebagai benang jahit untuk luka operasi bedah. Perang dunia meletus. Banyak korban berjatuhan. Operasi bedah luka pun marak. Kebutuhan catgut untuk medis sangat meningkat sehingga tak ada lagi ruang untuk digunakan sebagai dawai alat musik.

Popularitas Gitar Klasik itu mendadak mencuat naik pamor, ketika Andres Segovia tampil memainkan CHACONNE dari Bach. Segovia berhasil menepiskan keraguan banyak orang sedunia. Ternyata Gitar Klasik mampu memainkan sebuah maha karya yang selama itu hanya didominasi Biolin. Alih-alih gembira, Segovia malahan sangat sedih. Karena ternyata bunyi gitarnya sangat kecil, lembut nyaris tak terdengar. Hanya beberapa baris penonton yang mampu mendengar dengan lumayan. Sisanya hanya mengikuti saja.banyak yang kagum ya mereka ikutan kagum. Dari fakta tersebut Segovia berpendapat, bahwa MUTLAK PERLU ADANYA PERUBAHAN MATERIAL DAWAI GITAR.

SERAT NILON
Di sisi lain, keluarga Dupont dari Perancis, di era Perang Dunia II sudah menemukan serat nilon sebagai pembuat stocking dan kaos dalam laki-laki. Oleh Albert Agustine, asal New York, serat nilon itu dipergunakan untuk material dawai gitar. Berkat jasa Vladimir Bobli, dipertemukanlah Segovia dengan albert Agustine untuk membicarakan perkembangan dawai nilon. Dan hasil dari pertemuan itu adalah DAWAI NYLON YANG KITA PAKAI SAMPAI DETIK INI. Anehnya, Segovia bukanlah gitaris pertama yang memakai dawai nylon (tadinya nilon). Pemakai pertamanya adalah Gitaris asal Brazil Olga Coelho,dalam sebuah konser di New York tahun 1944.

Berikut adalah PROS AND CON 
atau keunggulan dan kelemahan tipe dawai gitar:

Dawai Gitar klasik modern, tak lagi mempergunakan nylon. meski nylon tetap paling popular. Material yang digunakan untuk zaman moden adalah FLOURO CARBON dan TITANIUM. Asal muasal material dawai ini sangat unik. SENAR PANCING!!! Yang dibuat oleh perusahaan senar pacing SEAGUAR. Keunggulannya adalah jelas stem atau tala nya lebih stabil. dan besar diameter dawai bisa bergradasi dengan mulus. Jika dawai nylon seringkali terjadi dawai No. 3 besar diameternya sangat menonjol terhadap perbandingan dawai No. 1 dan No. 2. Juga lebih bersahabat untuk diajak mengeksplorasi bunyi.


EVOLUSI DAWAI DENGAN LILITAN METAL
Pada tahun 1659 mulailah bermunculan dawai alat musik bermaterial lilitan metal. Yang pertama memakainya adalah dawai besar untuk Bass, kemudian dawai Biolin. Dawai lilitan metal semacam inilah yang sebetulnya merupakan pemicu yang luar biasa bagi evolusi perkembangan dawai Gitar Klasik. Pada tahun 1777, seorang gitaris bernama Giacomo Merchi, dalam bukunya menorehkan dengan tegas ungkapan begini: Ini dia nih ... akhirnya gue bisa dapet dawai yang beneran dawai .... “

Dibandingkan dengan material catgut yang terlalu peka terhadap kelembaban iklim. Bagi pemusik yang sering bepergian, dawai catgut akan mudah putus. Intonasinya buruk dan sangat sulit untuk distem.
Keuntungan dari dawai berlilitkan metal adalah:
  • Bunyi lebih murni. Tanpa kolorasi esek-esek 
  •  Lebih kuat, namun lembut dipencet
  •  Meski untuk dawai besar, tetap nyaman dipetik, disentil, dan dipencet

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.